Bismillahirrahmanirrahim
Ijab Qabul pada tanggal
18 September 2016 lalu telah otomatis membuat status saya berubah dari single menjadi double.
Otomatis yang tadinya
tidak ada tanggungjawab apa-apa kecuali untuk diri sendiri-pun berubah menjadi
adanya tanggungjawab sebagai seorang istri.
Banyak pula perubahan
semisal emosi yang berbeda dari semenjak sebelum menikah dulu. Yang tadinya seneng, ya seneng sendiri. Sedih ya sedih
sendiri. Kesel ya kesel sendiri.
Kalau sekarang ? Dibagi buat berdua.
Apa yang aku rasakan, dia rasakan dan apa yang dia rasakan
aku rasakan.
2 kehidupan berbeda dari 2 rumah tangga berbeda menjadi
satu itu juga ternyata punya pengalaman tersendiri dalam prosesnya untuk
menjadi satu. Walaupun kehidupanku dan si Mas juga masih dalam proses belajar
untuk menjadi angka satu yang utuh.
Watak kami berbeda, pola hidup dan pola pikir pun berbeda.
Dia Betawi dan aku Jawa.
Aku dan Mas pun tidak pacaran sebelumnya. Jadi proses
ta'aruf setelah menikah membuat kehidupanku seperti bumbu masak di dapur
rumahku. Ada gula, garam, lada, vanilli, kemiri dan lainnya, haha.
Tapi secara keseluruhan, membuat ritme kehidupan menjadi
lebih seru.
Sama serunya ketika cari rumah baru untuk tempat tinggal
kami berdua saat pulang dari Indonesia nanti.
Di Berlin, cari rumah itu bener-bener gak mudah sekarang.
Bahkan untuk para pelajar sekalipun yang notabennya punya tempat khusus
apartment untuk pelajar.
Waiting listnya bisa satu tahun lebih. Kalo glück beda cerita ya.
Belum lagi masalah lokasi, harga dan ukuran kamar yang
belum tentu cocok.
Bisa jadi harga cocok tapi kalau buat berdua ukuran
rumah terlalu kecil. Atau kamar mandi dan dapur sharing sama oranglain. Atau
ada yang kamar mandi, dapur udah include dan kamar pas buat berdua tapi harga
ketinggian atau gak tersedia dan bahkan harus antri berpuluh-puluh orang dulu.
Waktu itu, untuk masalah rumah aku gak terlalu rewel sama
si Mas sih. Yang penting kamar mandi dan dapur di dalem. Karena kurang nyaman
kayanya ya, kalau sampai keluar kamar cuma sebentar harus ganti-ganti baju
dulu.
Tapi memang ya, Allah Maha Kaya dan Allah tidak akan pernah
ingkar pada janji-Nya.
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ
وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٣٢
“Dan nikahkanlah
orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang
layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Qs. an-Nur [24]: 32)
Sesaat sebelum menikah si Mas ditawari rumah di tengah
kota. Di lokasi yang strategis.
Deket sama kendaraan umum manapun. Ada bis, ada U-Bahn, ada
S-Bahn. Deket
juga sama toko dan restaurant-restaurant halal.
Didalam rumah juga
udah include semua yang dibutuhin hehe.
Saat apply ke yang punya
rumah pun berasa Allah mudahkan. Semuanya mulus banget. Alhamdulillah :)
***
Ada satu hal yang mau
saya bagi dari hasil pembicaraan saya dan kakak ipar saya waktu sebelum
menikah.
Rata-rata dari kita
sekarang, ketika punya barang dan barang itu rusak, langsung terpikir untuk
mengganti barang yang rusak itu dengan yang baru dan membuang yang lama.
Beda hal-nya dengan
orang-orang terdahulu dimana barang yang rusak itu akan sebisa mungkin untuk
dikembalikan seperti semula agar berjalan sesuai fungsinya.
Sama halnya seperti
pernikahan.
Ketika melakukan
kesalahan satu atau dua. Bukan mengganti
dengan yang baru atau merasa akhir dari perjalanan pernikahan. Tapi kesalahan itu
adalah bagian dari proses untuk membuat yang tadinya dua menjadi satu.
Melalui apa? Melalui
komunikasi.
Terkadang apa yang aku
pikirkan dan si Mas pikirkan berbeda. Dan hal
yang berbeda ini baru bisa sama melalui komunikasi.
Kalau ada yang gak cocok, komunikasikan. Aku suka ini kamu
suka gak ?
Tapi pernikahan itu juga
harus take and give. Gak bisa kita mau take mulu tapi gak pernah give apa-apa.
Karena pernikahan itu
dua arah dan bukan satu arah.
Masih terlalu cepat si
memang untuk sok-sokan kasih masukan. Tapi at least pernikahanku yang baru jalan
4 bulan ini sudah merasakan pentingnya konsep diatas. Dan kami berdua tentunya
masih dalam tahap belajar lagi dan lagi sampai menemukan poros yang pas menurut
kami berdua :)
Mohon doanya ya guys,
supaya pernikahan kami menjadi pernikahan yang barakah :)
Salam Hangat,
EKP dan II